Ketika Anda
akan bepergian, mungkin berlibur atau urusan dinas dengan waktu keberangkatan
kereta atau pesawat jam enam pagi, bisakah dengan potensi fisik Anda saat
itu—yang mungkin kelelahan, kurang tidur atau apalah Anda—tiba di stasiun atau
dibandara tepat pada waktunya? atau Anda tidak mampu?
Apakah ada
kelonggaran waktu bagi Anda untuk datang terlambat ke stasiun atau bandara?
Atau kelonggaran tidak berlaku sehingga Anda mampu datang tepat waktu agar
tidak tertinggal?
Ketika Anda
bekerja ditempat yang sangat jauh dari rumah dan pekerjaan dimulai jam tujuh
pagi, apakah Anda bisa bangun pagi untuk berangkat bekerja? atau Anda akan
selalu izin pada pimpinan Anda setiap hari karena kondisi Anda tidak
memungkinkan untuk pergi pagi-pagi?
Mengapa kita
tidak bisa meminta izin pada pimpinan kita, padahal dia hanya seorang manusia
biasa. Namun di sisi lain kita dengan begitu mudahnya setiap hari “meminta
izin” pada Allah swt, yang menciptakan kita dan pimpinan kita untuk terlambat
mendirikan shalat Shubuh?
Coba renungkan
ini. Jika seandainya ada seorang kaya raya berjanji akan memberi Anda uang
setiap hari pukul lima pagi sebesar satu juta rupiah jika Anda datang tepat
waktu ke rumahnya, apakah Anda akan mendatanginya? Apakah Anda akan beralasan
bahwa Anda tidur terlambat, atau karena Anda kelelahan sehingga Anda tidak bisa
datang tepat waktu?
Coba bayangkan
kalau Anda benar-benar datang padanya tepat waktu dan mendapatkan satu juta
rupiah setiap hari, dan Anda akan melakukan ini terus menerus satu tahun penuh
maka Anda akan mendapatkan 365 juta rupiah bukan?
Kemudian
bayangkan setelah satu tahun datang ajal menjemput Anda. Bayangkan Anda dibawa
dengan keranda menuju liang lahat. Coba pikirkan bila Anda berada pada posisi
ini. Silakan jawab pertanyaan ini dengan jujur :
“Apakah Anda
senang masuk liang lahat dengan membawa uang 365 juta dan Anda tidak
melaksanakan shalat shubuh walau sekalipun? Ataukah lebih utama bila Anda masuk
liang lahat dengan membawa 365 shalat shubuh, dan Anda tidak membawa uang walau
serupiahpun?”
Coba bayangkan,
betapa manusia begitu bersemangatnya bangun untuk mengumpulkan harta tapi
mereka tidak bangun untuk mengumpulkan kebaikan!. Apakah ia ragu akan datangnya
kematian? Atau ragu akan datangnya hari pembalasan? Atau jangan-jangan ia malah
ragu akan adanya Allah swt?
Satu lagi,
renungkan ini. Tiba-tiba istri atau ibu Anda membangunkan Anda pada jam empat
pagi dan berteriak, “rumah tetangga kita kebakaran!!!” Jawablah dengan jujur,
“apakah Anda akan segera loncat dari tempat tidur dan berpakaian seadanya,
kemudian Anda sekeluarga berlari keluar rumah untuk menyelamatkan diri ataukah
Anda akan berkata pada istri atau ibu Anda, “Biarkan saya tidur, saya lelah
sekali karena saya tidur terlambat dan banyak pekerjaan menunggu saya besok.
Insya Allah apinya akan mati dengan sendirinya”.
Jawablah
kembali dengan jujur, mana yang lebih menakutkan kebakaran dirumah tetangga
atau api neraka dihari kiamat nanti? Mana yang lebih menyakitkan api dunia atau
api neraka? Lalu mengapa kita selalu menganggap remeh api neraka sementara kita
tahu bahwa dia benar-benar ada dan tidak akan pernah padam? Mengapa justru
lebih takut pada api dunia?
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Api kalian yang dinyalakan anak-anak Adam merupakan
sepertujuhpuluh dari panasnya neraka jahannam” (HR. Bukhori-Muslim)
Orang yang
menjaga shalat Shubuhnya, niscaya Allah Azza wa Jalla akan memberikan jaminan padanya terbebas dari siksa
neraka jahannam.
“Tidak akan
masuk neraka, orang yang shalat sebelum terbit matahari (shubuh) dan sebelum
terbenam matahari (ashar)” (HR. Muslim)
Nah, masihkah
kita berucap “mustahil bagi saya untuk bangun shalat shubuh di awal waktu dan
berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)”. Sesungguhnya permasalahannya
ada pada kita sendiri: kemauan dan niat.
Saudaraku, hari, bulan dan tahun akan melewati kita begitu saja. Hari-hari
yang mahal tersebut sudah berlalu. Kalaupun Allah memberi kita umur panjang
hingga sempat bertaubat lalu bagaimana kita akan mengembalikan hari-hari
yang telah berlalu tersebut?
Waspadalah akan hari dimana Anda menyukai dan sangat ingin pergi ke masjid
dan mengamalkan kebaikan, namun Anda tidak lagi mampu untuk pergi dan
mengamalkannya. Entah karena sudah tua dan lemah, mungkin sakit parah, atau
mungkin telah berpindah ke alam barzakh…!!!
Sebelum semuanya terlambat….
“Sesungguhnya
dua shalat ini (Subuh dan Isya) adalah shalat yang paling berat bagi orang
munafik. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya
mereka akan mendatanginya, SEKALIPUN DENGAN MERANGKAK!! (HR. Ahmad dan
An-Nasa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar