Ketika kita
memperhatikan kondisi kehidupan manusia dalam menapaki dan menggeluti samudera
kehidupan, secara umum kiranya kita dapat menyimpulkan pada dua kelompok, yaitu
orang-orang yang hidupnya senantiasa diliputi kemudahan-kemudahan, dengan kata
lain bintangnya lagi bersinar terang, dan orang-orang yang hidupnya senantiasa
diliputi kesulitan-kesulitan atau dengan kata lain bintangnya sedang redup
tertutup kabut dan mendung.
Bagi kelompok
pertama yang bintangnya bersinar terang kelihatan begitu mudah dan
lancar-lancar saja dalam menapaki jalan hidupnya. Setiap usaha yang dilakukan
selalu menuai keberhasilan atau sekurang-kurangnya tidak mengalami hambatan dan
kesulitan yang cukup berarti. Seakan setiap langkah hidupnya selalu tepat pada
jalan menuju keberuntungan. Ketika berdagang selalu mendapatkan
keuntungan-keuntungan, ketika menanam tanaman dapat tumbuh subur dan apa saja
yang diusahakan selalu sukses dan berhasil dengan baik.
Sementara
kelompok yang kedua, selalu mendapatkan kesulitan demi kesulitan dalam
hidupnya. Usaha yang dilakukan seakan selalu mengalami kegagalan-kegagalan. Apa
yang diusahakan selalu tidak tepat, kesulitan demi kesulitan senantiasa
menghadang jalan hidupnya. Ketika berdagang selalu mendapatkan
kerugian-kerugian, bahkan modal usahanya pun menjadi ludes dan jatuh bangkrut.
Ketika menanam tanaman atau biji-bijian, tidak mau tumbuh subur atau begitu
tumbuh habis dimakan hama penyakit.
Mengapa hal itu
bisa terjadi? Dan apa pula penyebabnya? Untuk mencari dan menemukan jawaban
akan sebab-sebabnya memang tidak mudah, karena faktor penyebabnya sangatlah
kompleks. Tetapi setidak-tidaknya kita perlu merenungkan firman Allah swt. yang
sudah pasti akan kebenarannya. Dalam kaitannya dengan persoalan tersebut,
marilah kita perhatikan firman Allah swt. :
"Adapun orang
yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah." [QS. Al-Lail: 5-7].
Dari ayat
tersebut, dapat kita ketahui bahwa ada 3 (tiga) hal yang dapat menyebabkan
timbulnya kemudahan-kemudahan dalam hidup, yaitu:
Pertama: Murah hati dan suka memberi yang dalam
ayat tersebut diistilahkan dengan a'thaa. Sebuah sikap hidup yang
dermawan, suka memberikan sebagian harta bendanya kepada orang-orang yang
membutuhkan dan kesulitan dalam usahanya mencari penghidupan, seperti
orang-orang miskin, anak-anak yatim-piatu, para janda, orang-orang jompo yang
tidak memiliki kemampuan untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan lain
sebagainya. Juga untuk mendirikan Masjid-masijd, Madrasah, Pondok Pesantren,
Panti Asuhan, dan lain sebagainya.
Allah swt.
memberikan gambaran tentang perumpamaan pelipatgandaan balasan pahala bagi
orang yang membelanjakan harta bendanya di jalan Allah, sebagaimana yang
dijelaskan dalam ayat berikut ini:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui." [QS. Al-Baqarah: 261].
Nabi saw.
menggambarkan tentang akibat positif dari orang-orang yang suka memberi atau
orang yang Dermawan dan akibat negatif dari orang-orang yang senantiasa kikir
atau bakhil dalam membelanjakan hartanya. Sebagaimana yang beliau jelaskan
dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. sesungguhnya
beliau bersabda:
اَلسَّخِيُّ
قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيْدٌ مِنَ
النَّارِ, وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيْبٌ
مِنَ النَّارِ, وَالْجَاهِلُ سَخِيٌّ أَحَبَّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ
عَابِدٌ بَخِيْلٌ. (رواه الترمذى)
"Orang
yang dermawan itu dekat dengan Allah Azza wa Jalla, dekat dengan syurga, dekat
dengan manusia dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang bakhil itu jauh
dengan Allah Azza wa Jalla, jauh dengan manusia dan dekat dengan neraka. Dan
orang bodoh yang dermawan itu lebih dicintai oleh Allah Azza wa Jalla daripada
Ahli ibadah yang bakhil." [HR. Tirmidzi]. [lihat Sunan Tirmidzi
3/342].
Sikap penyantun dan dermawan itu tidak hanya mendekatkan
kepada Allah swt. dan pada syurga, tetapi juga kepada sesama manusia. Hubungan
yang harmonis dengan manusia itu akan menciptakan iklim kegairahan, ketenangan
dan membukakan jalan yang penuh harapan dalam meraih kesuksesan dan
keberhasilan daripada apa yang diusahakan dan dicita-citakan.
Kedua:
Bertaqwa, taqwa
dalam istilah yang paling populer adalah menjalankan segala
perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebagian
Ulama' yang lain merumuskan bahwa taqwa adalah menjaga diri dari segala hal
yang mengundang dan mendatangkan murka serta siksa sebagai hukuman Allah swt.
Dalam pengertian lain, bahwa taqwa adalah menghindarkan diri dari segala
sesuatu yang menjauhkan diri dari Allah swt. Menurut Prof. Mahmud Syaltut,
taqwa adalah tiap-tiap manusia yang memelihara diri sendiri dari sesuatu yang
dapat merusak diri sendiri dan orang lain dan berusaha mencapai tujuan yang
mulia dan kedudukan yang sempurna di dunia dan di akhirat.
Selain
itu, ada pula yang menyatakan bahwa taqwa juga berarti tata krama syari'at.
Taqwa pada ketaatan berarti ikhlas, dan pada maksiat berarti tidak
melakukannya. Ada pula yang mengatakan bahwa taqwa adalah mentaati hukum-hukum
Allah swt. dan berlindung kepada-Nya dari melakukan pelanggaran dan melampaui
hukum-hukum-Nya, dan lain sebagainya.
Allah
swt. berjanji akan memberikan kemudahan dan fasilitas serta rizqi dari arah
manapun yang tidak diduga-duga, sebagaimana firman Allah swt. :
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya...". [QS. Ath-Thalaaq: 2-3].
Ketiga: mempercayai nilai-nilai
kebenaran. Ketika kita perhatikan sesungguhnya dalam kehidupan di dunia ini ada
dua unsur yang sangat menentukan dan sangat mewarnai kehidupan manusia, yakni
unsur nilai-nilai kebaikan yang akan mengantarkan manusia pada tercapainya
kehidupan yang damai, mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Dan unsur
nilai-nilai kejahatan yang tentunya akan mengantarkan manusia pada kerusakan,
kebinasaan dan kehancuran yang menyengsarakan hidupnya.
Sementara hal-hal
yang menyebabkan kesialan dan ketidakberuntungan, yang harus kita tepis dan
hindari ialah perhatikan firman Allah swt. dalam ayat selanjutnya:
"Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
serta mendustakan pahala terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar." [QS. Al-Lail: 8-10].
Dari ayat tersebut, kiranya dapatlah kita ketahui bahwa
ada 3 (tiga) hal yang mengantarkan seseorang pada kesulitan dan
kesukaran-kesukaran dalam kehidupannya, utamanya kelak di akhirat, yaitu
bakhil; merasa cukup dan mendustakan nilai-nilai kebenaran.
Sikap seseorang dengan menutup kran nikmat dan karunia
Allah yang telah dianugerahkan kepadanya buat objek-objek dan orang-orang yang
disukai dan diridloi Allah swt. adalah suatu kebakhilan. Dia dikaruniai Allah
anugerah rizqi dan harta benda yang cukup tetapi dia bakhil dan pelit
menyumbangkan sebagian harta bendanya untuk keperluan amal, membantu anak-anak
yatim, orang-orang fakir miskin, dan orang-orang lain yang membutuhkannya.
Kebakhilan itu sesungguhnya akan sangat merugikan dan
membuat seseorang menderita kesengsaraan. Allah swt. berfirman:
"Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan." [QS. Ali Imran: 180].
Ketika
Hasan Basri ditanya tentang bakhil, ia menjawab: "Kebakhilan itu, jika
seseorang melihat harta yang diinfaqkan sebagai sesuatu kemusnahan dan apa yang
ditahannya sebagai kemuliaan." Sumber kebakhilan adalah cinta harta
dan panjang angan-angan, ketakutan akan fakir dan kecintaan pada anak.
Diriwayatkan dalam suatu hadits bahwa karena anak, seseorang dapat menjadi
pengecut dan bakhil. Sebagian manusia ada yang tidak memiliki toleransi dengan
mengeluarkan zakat hartanya dan tidak pula berbuat ihsan terhadap diri dan
keluarganya. Ia hanya merasa lezat dan senang bila melihat dinar-dinar itu
berada di dalam genggamannya. Padahal ia mengetahui kematian akan datang
menjemputnya.
Abu
Hanifahn ra. Berkata: "Aku tidak pernah melihat keadilan dapat tegak di
tangan orang-orang yang bakhil. Karena kebakhilan akan mendorong seseorang
untuk menguras habis, sehingga ia mengeksploitasi dan mengambil melebihi
haknya, karena ia sangat ketakutan akan dirugikan. Orang yang demikian itu,
tidak dapat dipercaya untuk memegang amanat."
Pada
suatu ketika Nabi Yahya pernah bertemu dengan Iblis, lalu ia bertanya: "Hai
Iblis, beritahu aku tentang manusia yang paling kamu sukai, dan manusia yang
paling kamu benci!!", Iblis berkata: "Manusia yang
paling aku sukai adalah orang Mukmin yang bakhil, sedangkan manusia yan paling
aku benci adalah orang Fasik yang dermawan.".
Nabi
Yahya bertanya kepadanya: "Mengapa?" Iblis menjawab: "Karena
kebakhilan orang yang bakhil itu telah cukup bagiku. Sedangkan orang Fasik yang
dermawan, membuat aku cemas, kalau-kalau Allah melihat kedermawanannya lalu ia
menerimanya." Kemudian Iblis berpaling dan pergi, seraya berkata:
"Seandainya kamu bukan Nabi Yahya, tentu aku tidak akan
menginformasikan hal itu kepadamu."
Dengan
demikian, dapatlah kita simpulkan bahwa sikap dermawan (penyantun), taqwa dan
meyakini nilai-nilai kebenaran merupakan 3 (tiga) pilar utama yang akan
membukakan jalan keluar dan menyebabkan timbulya kemudahan dan keberuntungan.
Sementara kebakhilan, merasa cukup dan pembenaran akan nilai-nilai kejahatan
merupakan 3 (tiga) pilar utama yang mengantarkan keredupan dan kegelapan
bintang seseorang dan menyebabkan timbulnya kesulitan, kehancuran dan
kebinasaan.
Akhirnya,
semoga Allah swt. memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita serta meridloi
usaha yang kita lakukan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Amien......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar